Lomba Baca Puisi Kreatif November 2012

Tuesday 30 October 2012

Dalam Rangka semangat Hari Pahlawan, 10 November 2012, Sanggar Seni Gaperto Art Community bekerja sama dengan LSM Celcius menggelar Lomba Baca Puisi Kreatif Tingkat SMA/SMK/MA Sederajat se-Kabupaten Jepara dan Tingkat Umum Se-Provinsi Jawa Tengah memperebutkan piala Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Jepara untuk tingkat Pelajar dan Piala Bupati Jepara untuk Umum.

Dengan semangat Hari Pahlawan,  kami bermaksud mengajak siswa-siswi, serta seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta berkreasi dalam kesusasteraan Indonesia melalui Lomba Baca puisi Kreatif yang akan di gelar di Sanggar Gaperto Art Community (GAC), 10 November mendatang. "Puisi kreatif ini dimaksudkan agar seluruh penggiat kesenian menemukan bentuk baru dalam mengekspresikan karya sastra, sehingga menjadi lebih menarik untuk ditonton", tutur ketua panitia lomba, Ardyansyah.

Konsep pembacaan  puisi diikuti dengan konsep artistik, tata panggung, dan ilustrasi musik sebagai pendukungnya  menjadi nilai penting dalam lomba ini. Para peserta diharapkan pula mampu menangkap gagasan yang - mungkin - baru kali ini akan dilakukan di Jepara. Selanjutnya penciptaan ruang apresiasi khususnya seni sastra akan terwujud dan meningkatkan ketertarikan publik untuk menyaksikan.

Menurut Art & theatre Director GAC sekaligus Ketua Celcius, Didid Endro S, gagasan atas lomba ini merupakan terobosan menarik untuk mengangkat kembali seni sastra agar digemari masyarakat. Selain itu, sekaligus pula untuk memberikan pembelajaran tentang keterbukaan ruang apresiasi untuk masyarakat.
Kemudian pada tahapan teknis lomba, Didid berharap tidak ada kesalahtafsiran dari para calon peserta, sehingga benar-benar terkorelasikan antara gagasan dengan pelaksanaan lombanya.

"Kami sangat mengharapkan kegilaan yang dimunculkan oleh para peserta dalam lomba nanti, puisi akan lebih hidup dan menarik untuk ditonton. Syukur-syukur ada peserta yang berani membacakan lebih dari satu puisi dalam satu pertunjukkan" harapnya. Selanjutnya, acara tersebut akan ditutup dengan pembacaan puisi oleh aktivis KOMHAM Wanita Indonesia, Zubaidah Djohar (Aceh),  serta Pertunjukan Musik Surau Kami dari Semarang saat  penganugerahan pemenang malam hari setelah lomba.

Berikut ketentuan perlombaan :

LOMBA BACA PUISI KREATIF
Sanggar Gaperto Art Community bekerjasama dengan LSM Celcius menggelar Lomba Baca Puisi Kreatif Tingkat SMA/SMK/MA Sederajad se-Kabupaten Jepara dan Tingkat Umum Se-Jawa Tengah, memperebutkan Piala Dinas Pendidikan Kabupaten Jepara dan Piala Bupati Jepara.
Konsep yang diusung merupakan perpaduan seni sastra, pertunjukan, art. Panggung dan ilustrasi musik. Keempat elemen tersebut menjadi satu kesatuan dalam satu pertunjukkan.
Acara takan dimeriahkan  dengan pembacaan puisi oleh aktivis KOMHAM Wanita Indonesia  Zubaidah Djohar dari Makasar, serta Pertunjukan Musik Surau Kami dari Semarang.

Ketentuan
LOMBA BACA PUISI KREATIF TINGKAT PELAJAR
SE-KABUPATEN JEPARA dan TINGKAT UMUM SE-JAWA TENGAH

Waktu dan Tempat :

-    Waktu     : tanggal 10 November 2012
-    Tempat     : Sanggar Gaperto, Gg. 1 Mimbar
                      RT 09 RW 02 Jambu-Mlonggo-Jepara
                  
Tema     : Bercermin Saja Belum Cukup

A. PELAJAR :
01. Jumlah peserta terbatas
02. Peserta adalah siswa-siswi dari SMA/SMK/MA/Sederajad dibuktikan dengan kartu pelajar
03. Peserta membayar uang pendaftaran sebesar Rp 30.000 (Tiga Puluh Ribu Rupiah)
04. Peserta mendaftar di sekretariat panitia (Sanggar Gaperto Art Community) ,Gg. 1 Mimbar
    RT 09 RW 02 Jambu-Mlonggo-Jepara. Atau melalui via sms, e-mail atau facebook :
    Untuk Perorangan : Pelajar/namalengkap /asal sekolah/alamat rumah
                                 pelajar/Ahmadsaifudin /sman1api/ujung
    Untuk Kelompok   : Kelompok/Pelajar/nama kelompok/nama anggota /asal sekolah
                                 Kelompok/Pelajar/Serangga/jatmiko,andrian,farida/pelajar/smaz2api
05. Pemenang : Dalam lomba ini akan diambil tiga pemenang, yaituJuara 1, 2, dan 3
06. Piala dan uang pembinaan :
Juara 1     : Uang pembinaan + Piala Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jepara
Juara 2     : Uang pembinaan + Piala Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jepara
Juara 3     : Uang pembinaan + Piala Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jepara

Semua peserta mendapat piagam dari Kepala Dinas Pendidikan Jepara.

B. UMUM :
01. Jumlah peserta terbatas
02. Peserta adalah semua kalangan masyarakat
03. Peserta membayar uang pendaftaran sebesar Rp 40.000 (Empat Puluh Ribu Rupiah)
04. Peserta mendaftar di secretariat panitia (Sanggar Gaperto Art Community) ,Gg. 1 Mimbar
    RT 09 RW 02 Jambu-Mlonggo-Jepara. Atau melalui via sms, e-mail atau facebook :
    Untuk Perorangan : nama lengkap/kategori/alamat
                                 ahmadsaifudin/umum/mlonggo-jepara
    Untuk Kelompok   : nama kelompok/nama anggota/kategori/alamat
                                 serangga/ahmadsaifudin,jatmiko,Farida/umum/kudus
05. Pemenang :
     Dalam lomba ini akan diambil tiga pemenang, yaitu Juara 1, 2, dan 3
06. Piala dan uang pembinaan :
      Juara 1     : Uang pembinaan + Piala Bupati Jepara
      Juara 2     : Uang pembinaan + Piala Bupati Jepara
      Juara 3     : Uang pembinaan + Piala Bupati Jepara

Semua peserta mendapat piagam dari Bupati Jepara.

07. Uang pendaftaran bias kirim langsung kesekretariat panitia atau lewat rekening bank BRI
     dengan No. Rekening 5897 01.017585.53.8 atas nama Didid Endro S.
08. Masing-masing peserta harus menyertakan bukti pembayaran saat registrasi (daftar ulang).
09. Semua peserta mendapatkan Satu Buku Puisi “Bercermin Saja Belum Cukup” dan Snack.

Teknis Pelaksaan Lomba Baca Puisi Kreatif
01. Lomba di bagi menjadi 2 tempat, Pelajar danUmum
02. Peserta melakukan registrasi (daftar ulang) 30 menit sebelum perlombaan dimulai
03. Peserta diberikan waktu 30 menit untuk menentukan lokasi sekaligus menata seting usai
      registerasi. (bila diperlukan)
04. Panitia hanya menyediakan tempat/titik  lomba tidak sekaligus peralatan khusus pendukung
      (property atau alat musik) pembacaan puisi peserta
05. Peserta lomba hanya boleh membacakan puisi yang ada dalam buku “Bercermin Saja Belum
      Cukup” karya Didid Endro S.
06. Buku “Bercermin Saja Belum Cukup” akan diserahkan saat registerasi peserta
07. Lomba akan dimulai pukul 08.00 tepat
08. Masing-masing peserta diberi durasi waktu maksimal 7 menit dalam pembacaan puisinya
09. Keputusan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
10. Materi lomba bisa dilihat di www.tonggakjepara.com
11. Penganugerahan pemenang lomba akan dilakukan malam hari setelah lomba bersama
     Pertunjukkan puisi etnik oleh Tokoh KOMHAM Wanita Indonesia, Zubaidah Djohar (Aceh),
     Musik Surau Kami Semarang di Sanggar Gaperto Art Community
12. Karena ditiadakan jadwal temu teknik (TM), maka hal-hal yang belum jelas bisa ditanyakan
     langsung ke :

    Sekretariat Gaperto Art Community

    Gg. 1 Mimbar, RT 09 RW 02 Jambu-Mlonggo-Jepara 59452
    Mobile : 085 225 373227 (Candra), 089 669 722284 (Ardyan)
    Email : gapertoartcommunity@gmail.com, ardyan_jepara@yahoo.com
    Facebook : Ardyan Putra Rama, CandraC’grouw Negerikhayalan PutraRama
    Blog : www.gapertoartcommunity.blogspot.com
    Website : www.tonggakjepara.com

MATERI LOMBA :
http://www.docstoc.com/docs/133695866/materi-puisi-Bercermin-Saja-Belum-Cukup

Sumber http://www.tonggakjepara.com/index.php/news/24-tingkat-slta-se-kabupaten-jepara-dan-umum-se-provinsi-jawa-tengah
Selengkapnya: Lomba Baca Puisi Kreatif November 2012

Poetry Battle: Perjuangan Hidup di Negeri Asing

Monday 29 October 2012

tak usah angkat dagu, angkat kepala
selama ada saudaramu yang diberi label harga di negeri tetangga

begitukah nasib di negeri sendiri yang asing
begitukah nasib di negeri seberang yang bersinar
mesti berbangga
mesti kita berjuang demi hidup yang gersang


Ruang Maya, 29 Oktober 2012

*) Ferry Herlambang(tegak) - Ekohm Abiyasa(miring)

Taken from here.
Selengkapnya: Poetry Battle: Perjuangan Hidup di Negeri Asing

(Fiksimini Battle Horor) Hujan yang Kemarau, Tragedi

Malam hening, sehabis hujan yang sebentar saja. Ada apa kau ini hujan?

"Mau makan pak, uang jajannya mana", rengek anakku.
"Ni nak", Nyodorin daun pisang.
"Kebanyakan pak, yang recehan aje".
Lempar lembing.
"Aahh, bapak ngajak bercanda ya?"
"Tanggal tua nak, maaf bapak kemarau"
"Tapi 'kan kemaren sempat ujan pak. Probolinggo aja udah banjir. Rumah warga kerendem aer pak, bahkan sakunya juga hlow".
"Ini hujannya beda nak, suatu saat nanti engkau juga akan paham nak" Mencoba meyakinkan si anak.
Mengelus kepala sang anak
"Aah bapak, ku bukan anak kecil lagi.." Menghindar elusan tangan bapak.

Sambil menunduk lesu aku hanya sanggup menghela napas. Merasa bersalah tidak bisa membahagiakan sang anak. Menetes air mata tanpa terasa. Pipi basah darah.

Menoleh ke arah bapak sambil sinis, "Bapak pura-pura nangis ya? Bapak nggak sayang aku..."
Keluar dari rumah sambil berlari bawa seutas tali.

Ruang Maya, 29 Oktober 2012

*) Wiwid Jinju(anak) - Ekohm Abiyasa(bapak)

**Via chat fb.
Selengkapnya: (Fiksimini Battle Horor) Hujan yang Kemarau, Tragedi

Poetry Battle: Melebur Satu

melebur jadi satu
bersama deru nafas semesta di bawah pendar lembut sang bulan
semesta bersuara jika kamu mau mendengarnya

semedi di tapal malam

memahami diri

membaca gejala

meremang duka

meminang sunyi

menjalin rasa padaNya

mempercakapkan rasa dan nasib

dalam lirih lagu malam

(mengasah otak dan melepas penat)
selirih sesuara angin dan gemericik air


bertabur nada semesta

terserap dalam poripori masuk lebih ke dalam hati

Ruang Maya, 29 Oktober 2012

*) Riwis Sadati(tegak) - Ekohm Abiyasa(miring)

Taken from facebook.
Selengkapnya: Poetry Battle: Melebur Satu

Poetry Battle: Ternyata Kau

Sunday 28 October 2012

ternyata kau, sampai aku berpikir seribu kali.

apakah engkau lupa?
rindu kemaren masih hangat di dada ini

Ruang Maya, 28 Oktober 2012

*) Dharmadi Penyair (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)

Taken from here.
Selengkapnya: Poetry Battle: Ternyata Kau

Poetry Battle: Tak Sampai

/1/
tak gapai tak sampai
diamuk angin sangsai
pohon kelapa luluh lantak lunglai
hatipun remuk redam merasai

berhibuk ombak di pantai
penat lelah masai
beginikah senja tanpa badai
tiada ucap kelu bibir melunglai


remuk redam tak berwujud

/2/
sesekali kau datang menjengukku
dalam luka ini:
kau bawakan sekeranjang kata
yang akan bermuara di bibir asmara
kau ceritakan tentang dunia Adam Hawa
agar kita berdua dapat bermuara
melabuhkan duka dan lara
di alam semesta fana

sembari menancapkan mata pada matamu
ini adalah kisah sepenggal
yang tersalin lewat kitab abadi
aku ingin engkau menyadari betapa hidup
adalah likuliku yang sempurna
buat kita jelajahi bersama
meski pula berceceran luka dimana entah


/3/
wahai
yang kusebut kekasih
pembasuh luka nan jerih
bagiku kau orang terpilih
dari jiwaku yang memilih

suara sumbang sebalah:
benarkah selalu ada pilihan, ketika derap langkah hati tak sama
dan mungkin bila kesetiaan adalah tolok ukur
mestinya aku juga mengikutinya


Ruang Maya, 28 Oktober 2012

*) Nurni Chaniago (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)

Taken from here, here and here
Selengkapnya: Poetry Battle: Tak Sampai

Poetry Battle: Episode Senja

ketika kupandangi senja
aku menangkap kemilaunya, kumasukkan diam-diam dalam hati
takut kedip mentari yang sepotong mencurinya
lalu kudengar angin berbisik risik tentang rahasia yang kupunya
ah.. hanya setengkup kemilau senja, bisiknya
mengapa pula disimpannya.

ketika hilang rona jingga
menyelinap ke dalam poripori
rindu yang akan datang, episode senja
menyaksikan senja yang sama


Ruang Maya, 28 Oktober 2012

*) Nurni Chaniago (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)

Taken from here.
Selengkapnya: Poetry Battle: Episode Senja

Poetry Battle: Perempuan dan Laki-laki

Perempuan adalah bahasa puisi
Tak harus mengerti untuk menikmatinya.

Laki-laki adalah akar
Ia menyesap habis rindu

laki-laki adalah kata
perempuan juga kata
jika bersama menjadi sebuah kalimat, tergantung bagaimana merangkainya

Ruang Maya, 28 Oktober 2012

*) Sartika Dian Nuraini (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring) - Damar SP (bold)

Taken from here.
Selengkapnya: Poetry Battle: Perempuan dan Laki-laki

Kerikil-kerikil Pencerah (Buletin Pawon Sastra Solo edisi #37 tahun VI/2013 dan Malam Sekopi Sunyi (antologi puisi tunggalku))

Saturday 27 October 2012

: Firdaus Septyan Luthfy

temaram jalanan Jogja mengantarku pada bait kesekian kisah hidup
perjalanan yang melelahkan

temanku, si hati yang gelisah
kemana lagi kerikil hidup ini akan menancap

hidup adalah engkau melempar sebuah dadu dan kau jadi pucat pasi
bukankah ini skenario kehidupan yang mesti dikunyah dan ditelaah
jangan enggan untuk mendekat
mencapai kesejukan batin yang engkau harap
baitbait derita masih menunggu di halaman sunyi

kerikilkerikil membawa pada pencerahan hidup
seperti bunga yang rajin menarik lebah berdatangan

Jogja Undercover, 27 Oktober 2012

*) Ekohm Abiyasa

Catatan:
Dimuat buletin Pawon Sastra edisi #37 tahun VI/2013
Malam Sekopi Sunyi (antologi puisi tunggalku)
Selengkapnya: Kerikil-kerikil Pencerah (Buletin Pawon Sastra Solo edisi #37 tahun VI/2013 dan Malam Sekopi Sunyi (antologi puisi tunggalku))

(Komunitas Kankun Solo) Performance Art "Long Duration of Life" Solo | Oktober 2012

Performance Art Event

“The long duration of live”

KANKUN Solo Group


Yang di selenggarakan pada hari:
Minggu, 28 – Oktober – 2012 / pukul. 19.00 – 22.00wib
Performance Art berlangsung pukul. 19.00 – 20.45 wib
Diskusi tentang karya 5 performer pukul. 21.00 – 22.00 wib.

Acara berlangsung di : Gedung Kesenian Solo (Eks. Gedung Bioskop Solo Theater) Jl. Brigjend. Slamet Riyadi 275 Sriwedari Solo.

Selengkapnya: (Komunitas Kankun Solo) Performance Art "Long Duration of Life" Solo | Oktober 2012

Pengertian Liberal Arts

Istilah Liberal Arts merujuk kepada satu kurikulum pendidikan yang berasaskan pendidikan klasik. "Sastra liberal" didefinisikan oleh Encyclopaedia Britannica sebagai "kurikulum universitas yang bertujuan memupuk pengetahuan umum dan meningkatkan kemampuan intelektual, berbeda dari kurikulum yang bersifat profesional, vokasional, atau teknikal."

Abad Pertengahan yang banyak mengadopsi konsep Plato dan Aristoteles memiliki dua jenis pendidikan: pendidikan orang bebas (liberal arts) dan pendidikan budak (vocational training). Budak di sini punya pengertian yang dalam: bukan dalam arti dia diperbudak oleh seseorang, tapi artinya dia diperbudak oleh lower concerns selain truth (termasuk uang dan lain-lain).

Pada mulanya universitas didirikan bertujuan untuk pendidikan yang membebaskan (liberal arts). Dalam universitas Abad Pertengahan.  Liberal Arts terbagi menjadi tujuh golongan, yaitu: Tatabahasa, Retorika, Logika, Geometri, Aritmetika, Musik, dan Astronomi.

Sedangkan Vocational arts lebih mengacu kepada latihan keterampilan dasar kepada spesialisasi suatu bidang tertentu.

Ketujuh Liberal Arts dikategorikan pada bidang verbal(kajian bahasa atau artes sermocinales) dan angka(artes triviales/trivium).
1. Verbal: retorika: dialektika/logika, dan tata bahasa
2. Angka: geometri: astronomi/astrologi, musik, aritmatika
Penjelasan (mohon tambahan/koreksi).
-Logika mencakup filsafat, ilmu politik, ilmu alam, serta pendalaman ilmu-ilmu lainnya.
-Retorika, sejujurnya ini sangat luas, pendidikan karakter, public speaking, dan mungkin teater atau yang lainnya.
-Tata bahasa mencakup linguistik, sastra, dan bahasa.
-Geometri: mempelajari angka dalam kaitannya dengan ruang. Misalnya arsitektur, geodesi, geologi, teknik sipil & struktur ruang lainnya.
-Musik mempelajari vokal, instrumen, sound engineer dan lainnya.
-Aritmatika mempelajari tentang angka dalam angka. Misalnya teori angka, kalkulus, akuntansi dan lainnya.

Konsep Kurikulum Liberal Arts
Agus Suwignyo dalam bukunya Dasar-dasar Intelektualitas (2007), menengarai program ini pada dua muatan, yaitu dalam perspektif kurikulum pendidikan sebagai kurikulum objek kajian, dan disposisi sikap sebagai kurikulum tersembunyi. Kurikulum objek kajian berkaitan dengan ilmu yang dipelajari, mencakup sains formal, sains alam empiris, dan sains sosial empiris. Sementara kurikulum tersembunyi berhubungan dengan etos keilmuan dalam suatu disposisi sikap yang melekat pada kepemilikan ilmu. Disposisi sikap merujuk pada kemampuan mencetuskan gagasan otentik yang mendasari sikap dan perilaku kelimuan.

Pendidikan liberal art menekankan pada pengembangan kemampuan berfikir dan menalar, yakni pengolahan kompetensi untuk menemukan dasar rasional bagi suatu gagasan dan sikap, disamping juga mengolah kopetensi-kempetensi yang umum dan mendasar. Umum artinya tidak spesifik atau khusus; mendasar artinya esensial dan tidak pragmatis. Pendidikan liberal art juga mencakup keseluruhan dimensi kemanusiaan secara utuh, yakni manusia sebagai mahluk yang menalar, berinteraksi dan berkembang, dan menciptakan individu yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab.

Penerapan/ implementasi Liberal Arts
Prinsip bahwa mahasiswa harus memiliki pengetahuan cukup mendalam mengenai sesuatu yang khusus juga tidak boleh dilupakan. Karenanya, tujuan dari pendidikan liberal arts adalah memproduksi para lulusan yang tahu sedikit mengenai banyak subjek dan tahu banyak tentang satu subjek (to know something about everything and to know everything about something). Dari prinsip itu, lahirlah sistem yang dinamakan major dan minor.

Setelah mencapai tahap tertentu (atau telah mencapai sejumlah SKS tertentu,-red) dalam studinya, mahasiswa diberi peluang untuk menentukan disiplin apa yang akan menjadi minat utama (major) dan disiplin apa yang menjadi pelengkap (minor). Misalnya, seorang mahasiswa bisa saja memilih kombinasi major-minor yang tak terbayangkan di negeri ini seperti major pramedikal (untuk menjadi dokter) dengan minor sejarah, politik, atau ilmu budaya. Ketika ia memilih suatu major, universitas telah menentukan mata kuliah-mata kuliah apa saja yang tertera dalam paket itu, demikian pula pada waktu ia memilih minor.
 
Sistem Sekolah
Sistem liberal arts masih digunakan di sekolah-sekolah di Eropa dan Amerika sejak 2000 tahun yang lalu sampai sekarang. Filusuf besar seperti Pythagoras, Plato, dan St Agustinus sangat berjasa dalam pengembangan liberal arts. Para filusuf muslim, seperti Ibn Sina, Al Farabi, dan Ibn Rusyd juga mengembangkan paradigma yang serupa. Tidak mengherankan, jika seorang Al Farabi dikenal sebagai filusuf, musisi, dan dokter sekaligus. Sama dengan Eropa dan Amerika, di Iran pendekatan liberal arts masih dijalankan, walaupun dengan format berbeda. Di Perancis, puncak dari ‘liberal arts’ adalah pemberian pelajaran filsafat di tingkat ‘lycee’ (setara SMU). Seorang siswa harus mampu menulis artikel mengenai filosof tertentu, misalnya mengenai Friedrich Nietzche.

Berbeda dengan di Indonesia, dimana kurikulum sekolah sangat tidak jelas orientasinya. Pelajaran apa yang menjadi prioritas, atau mana pelajaran yang untuk kepentingan ekonomi (pasar) dan mana yang untuk sains, sama sekali tidak jelas. Belum lagi momok ‘ganti menteri ganti kurikulum’ membuat Indonesia sangat sukar membuat kurikulum yang stabil. Hasilnya adalah egoisme sektoral. Sudah banyak perbaikan dan perubahan yang dilakukan Diknas, namun masih banyak pula yang harus dilakukan, termasuk mendesain kurikulum yang stabil dan mengangkat perspektif multisektoral.

Sumber-sumber:
Selengkapnya: Pengertian Liberal Arts

(Tips) So You Want to be a Writer?

So you want to be a writer? What to do, what to do?

Banyak yg mengira menjadi penulis itu mudah. Tinggal menulis, beres kan? Benar. Tapi lain lagi halnya kl ingin menerbitkannya. Banyak jg yg mengira setelah satu tulisan kelar, tinggal mencari penerbit saja. Tunggu sampai terbit. Hm, tidak begitu jg sih

Kl tujuanmu menulis sebagai hobi, bebas saja. Tulislah sesukamu, beres.
Lain halnya kl kamu ingin menjadikan penulis sebagai profesi. Lebih rumit, memang.

Pertama, kamu harus tahu jenis tulisan seperti apa yg ingin kamu bagi ke dunia. Kedua, kamu harus tahu siapa pembacamu.
Ketiga, kamu harus bisa membaca tren pasar dan menyesuaikan diri tanpa mengubah idealismemu.
Keempat, kamu harus tahu media apa yang tepat untuk tulisanmu
Kelima, kamu harus tahu APA yang akan kamu tulis. Fiksi? Nonfiksi? Buku? Artikel?
Keenam, kamu harus mencari tahu cara memaksimalkan tulisanmu dan kdg2 "menjualnya" ke masyarakat.

Tentunya masih ada yg lain2nya. :) Ada yang ingin berbagi

Sebagai profesional, mengapa penting untuk tahu hal2 yg kusebutkan tadi? Krn kamu menulis untuk "dunia
Menulis untuk orang lain, berarti kamu harus berhubungan dengan editor, proofreader, desainer, penerbit, marketer, pembaca.

Menulis ut orang lain, berarti kamu harus siap dicerca dan dipuji. Keduanya bisa berbahaya, lho. Kalau kamu kebanyakan dipuji dan besar kepala, bisa2 merasa tulisanmu sudah sempurna dan malas latihan. Kalau tulisanmu dicerca dan jadi mandek menulis, itu salahmu krn membiarkan pendapat segelintir org menyusutkan semangatmu.

Tapi ya, itulah risikonya. Menulis sebagai profesi, harus siap mental kalau ada yg tak suka karya kita.
Dan juga harus maklum, bahwa tidak semua tulisan yang kita buat layak terbit.Kalau ingin jadi penulis profesional, bagaimana, apa sebaiknya langsung menulis saja? Menurutku tidak begitu

Menurutku dari awal kamu harus tentukan, target tulisanmu, dan menggunakan media apa.Ada yang ingin langsung memasang target menerbitkan buku, silakan. Atau mencoba mengirim artikel/cerpen ke majalah2 dulu. Bisa juga self-publish dan memasarkan sendiri, atau menempatkan ceritamu di blog. Kalau populer, mungkin saja dilirik penerbit

Ada banyak cara agar tulisanmu dibaca dan dikenal orang. Carilah cara yg plg nyaman untukmu.Yang jelas, kamu harus punya target harus menyelesaikan berapa tulisan dlm setahun, dan itu artinya... harus punya target harian, mingguan, bulanan. Tidak bisa memanjakan diri dengan berkata, "Nggak mood, nggak nulis, ah

Selamat berkarya menggunakan kata! Break some pens, the more, the better!

Selengkapnya: (Tips) So You Want to be a Writer?

Jual Kaos Ranggawarsita (Pawon Sastra Solo) Closed November 2012

Thursday 25 October 2012

Agenda untuk menerbitkan buletin pawon edisi Ranggawarsita, dimana tulisan2 tentang Ranggawarsita terkumpul, diawali dengan pembuatan dan penjualan kaos untuk menggalang dana. Kelak bila buletin ini terbit, direncanakan akan dibedah di Musium Radya Pustaka. Doakan semoga lancar.

Untuk pemesanan kaos paling lambat sampai akhir bulan November ini. Semua keuntungan akan digunakan untuk penerbitan buletin.

Thanks buat teman-teman yang sudah membelinya. Keterangan untuk membeli sudah termaktub dalam gambar. Kalau kurang jelas atau ada pertanyaan-pertanyaan silakan hubungi nomor yan tertera diatas atau ke FB Pawon sastra

Sumber
FB Pawon
Blog Pawon
Selengkapnya: Jual Kaos Ranggawarsita (Pawon Sastra Solo) Closed November 2012

Rahasia Agar Artikel Dimuat KOMPAS

Artikel, merupakan pergulatan pemikiran dari seorang ahli atas masalah yang sedang berkembang di masyarakat. Harian KOMPAS, merasa perlu menyediakan ruang tersendiri guna menampung pergulatan pemikiran yang muncul di masyarakat, dan diharapkan bisa berdampak bagi yang lain. Maka, KOMPAS, menempatkan artikel sebagai intellectual exercise (asah intelektual). Rubrik artikel KOMPAS, bukan dimaksudkan untuk mencari nama, pun bukan dimaksudkan untuk (maaf) mencari uang. Maka artikel yang dimuat harian KOMPAS, diharapkan ditulis oleh ahlinya. Untuk itu, kepada para penulis, diharapkan juga mengirimkan riwayat hidup dan keahlian atau kompetensinya. Dengan demikian, KOMPAS bisa melihat dengan jelas, kompetensi seseorang ketika menuliskan artikelnya.

Sudah kali kedua saya diundang KOMPAS (Jawa Tengah) dalam acara ”Buka Bersama dan Temu Penulis Opini KOMPAS”. Yang pertama terjadi di bulan ramadhan 2007, yang kedua ramadhan 2008. Sayang, hanya di tahun 2007 saya bisa memenuhi undangan tersebut. Sudah cukup lawas memang. Meskipun begitu ada banyak yang saya dapat dalam pertemuan itu. Selain merchandiser khas KOMPAS, mulai dari topi, pulpen, kaos, dan tas jinjing hehe, lebih penting dari itu adalah hadirnya Tonny D. Widiastono, wartawan senior KOMPAS sekaligus redaktur rubrik Opini KOMPAS (Nasional, saat itu).

 Secara khusus, mas Tonny menyiapkan semacam makalah yang berisi tentang ”bocoran”  seluk-seluk penulisan opini di KOMPAS. Untuk tujuan berbagi dan bertumbuh buat sesama penulis, makalah tersebut akan saya tulis ulang (cuplik), mengingat di dalam makalah itu mengandung segi-segi ”rahasia” agar opini Anda (kita) di muat. Apalagi selama ini di kalangan (calon) penulis, ada hukum tidak tertulis—pemuatan KOMPAS menjadi semacam standar untuk dapat disebut penulis.

 Menulis Artikel
Oleh. Tonny D. Widiastono

 TEMA
(1)Pertama-tama, temukan yang akan ditulis. Amat diharapkan tema yang akan diulas terkait dengan kompetensi yang dimiliki penulis. Perumusan masalah atau tema (sebelum mengetik) itu penting. Dari perumusan tema atau masalah itu, akan kelihatan rangkaian gagasan yang tertuang dalam judul serta kalimat-kalimat pada alinea awal. Amat diharapkan tema berkait dengan masalah yang sedang menjadi pembicaraan hangat di masyarakat.
(2)Referensi: Referensi amat diperlukan guna mendukung tema yang akan diluncurkan.
(3)Bahasa: gunakanlah bahasa yang sederhana dan logis. Sedapat mungkin hindari pemakaian bahasa Inggris yang terlalu banyak.

PENULISAN
(1)Bagaimana memasukkan/merangkum referensi yang ada ke dalam tulisan, dan bagaimana meramunya. Jangan sampai ide terasa melompat-lompat.
(2)Dalam menulis, gunakankaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar, termasuk istilah-istilah, idiom, pemakaian bahasa asing dan sebagainya.

 BACA KEMBALI
Seusai menulis artikel, baca kembali isi seluruh artikel, baru dikirim. Pembacaan ulang itu penting, guna menghindari loncatan gagasan, menemukan kalimat yang tidak ”jalan/nyambung”.

Apakah penggunaan bahasa asing sudah ditulis dengan benar?

 KRITERIA UMUM ARTIKEL KOMPAS
(1)Artikel harus asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, pun bukan sekadar rangkuman pendapat/buku orang lain. Apabila sebuah artikel terbukti merupakan plagiasi, maka penulis bersangkutan akan ”di black-list” paling cepat satu tahun.
(2)Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain. Selain itu, artikel yang sama, dalam waktu bersamaan dikirim ke media atau penerbit lain. Kasus ini sering terjadi. Penulis mengirim artikel yang sama ke media lain. Ada semacam ”kebanggaan” bila artikel yang sama dari penulis yang sama bisa dimuat di banyak media. Tetapi bagi KOMPAS yang menilai artikel sebagai bagian dari intellectual exercises, cara-cara seperti itu tidak bisa dibenarkan. Kepada mereka, KOMPAS akan memberi ”hadiah” grounded selama tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, setahun, atau selamanya.
(3)Topik yang diuraikan atau dibahas merupakan sesuatu yang aktual, relevan, dan sedang menjadi pembicaraan hangat di masyarakat.
(4)Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komunitas tertentu. Hal ini dilandasi pengertian umum, Harian KOMPAS adalah media umum, bukan koran partai, bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin ilmu tertentu.
(5)Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasi, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.
(6)Uraian yang disajikan bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena yang berkembang di masyarakat.
(7)Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih. Mengapa? Jangan sampai penulis yang satu menjadi lokomotif bagi penulis yang lain.
(8)Penyajian artikel menggunakan bahasa populer/luwes, mudah dipahami pembaca yang heterogen dengan latar belakang pendidikan beragam.
(9)Penyajian artikel tidak berkepanjangan. Panjang tulisan untuk:

ARTIKEL A, panjang 5.000-5.300 character with space (sekitar 700 kata)
ARTIKEL B, panjang 4.500-5000 character with space (sekitar 600 kata)
ARTIKEL C, panjang 4.000-4.500 character with space (sekitar 500 kata)

Mengapa artikel ditolak?

(1)Artikel ditolak bila topik atau tema yang disajikan tidak aktual.
(2)Artikel ditolak bila penyajiannya berkepanjangan (melebihi ketentuan)
(3)Artikel ditolak bila cakupan bahasan terlalu mikro atau lokal.
(4)Artikel ditolak bila konteks yang disajikan kurang jelas.
(5)Artikel ditolak bila bahasa yang digunakan ”terlalu tinggi”, terlalu ilmiah, terlalu akademis, kurang populer dan sulit ditangkap masyarakat umum.
(6)Artikel ditolak bila uraiannya terlalu sumir.
(7)Artikel ditolak bila penyajian dan gaya tulisannya seperti menulis pidato, menulis makalah, atau menulis kuliah.
(8)Artikel ditolak bila sumber kutipan yang diambil, kurang jelas.
(9)Artikel ditolak bila terlalu banyak kutipan, sehingga artikel hanya berisi kumpulan kutipan dan tidak memunculkan pendapatnya sendiri.
(10)Artikel ditolak bila alur uraian tidak runut, ide meloncat-loncat

 PENGIRIMAN ARTIKEL
Pengiriman artikel bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Namun yang amat penting adalah, para penulis pemula hendaknya menyertakan riwayat hidup berikut latar belakang pendidikannya, ketika mengirimkan artikelnya.

Pengiriman artikel bisa dilakukan melalui:
(1)Melalui pos
(2)Melalui faksimile (021-5486085 atau 021-5483581)
(3)Melalui e-mail ke opini@kompas.com atau opini@kompas.co.id

Meski demikian, kami lebih suka menerima kiriman artikel melalui e-mail. Alasannya sederhana saja. Bila artikel dikirim melalui pos atau faksimile (berbentuk hard copy), kami harus menulis ulang agar bisa disesuaikan dengan sistem komputer yang ada pada kami. Karena ada keharusan mengetik ulang, maka terbuka kemungkinan terjadinya salah ketik, atau loncatan-loncatan dalam pembacaan selama pengetikan.

Sumber http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/18/rahasia-agar-artikel-dimuat-kompas/
Selengkapnya: Rahasia Agar Artikel Dimuat KOMPAS

Cara Pengiriman Naskah di Bentang Pustaka

Q & A tentang Redaksi dan Naskah



Ayo, terbitkan bukumu bersama Bentang Pustaka…!
Bentang Pustaka menerima kiriman naskah fiksi dan nonfiksi dari para penulis Indonesia yang kreatif. Buku-buku dewasa diterbitkan melalui lini Bentang Pustaka & Bfirst. Sedangkan buku anak & remaja melalui lini Bentang Belia. Untuk mengetahui tema/judul yang sudah kami terbitkan, silakan Anda kunjungi www.bentang.mizan.com. Sebelum mengirimkan karya ke Bentang, harap Anda baca dengan detail rincian di bawah ini terlebih dahulu.


1. Bagaimana cara mengirimkan naskah ke Bentang Pustaka?


  • Untuk mengurangi penggunaan kertas, pengiriman naskah disarankan dalam bentuk data (softcopy) melalui surel (e-mail). Naskah dewasa/umum dikirim ke bentang.pustaka@mizan.com sedangkan anak & remaja ke bentang.belia@mizan.com . Kami akan memberikan surel konfirmasi bahwa naskah Anda sudah kami terima dengan baik.
  • Bila Anda terpaksa mengirim naskah yang berbentuk cetakan (hardcopy) kirimkan ke PT. BENTANG PUSTAKA Jl. Kalimantan No.9A Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55204 Tlp. (0274) 886010
2. Apa kriteria naskah yang diterima Bentang Pustaka?

  • Fiksi/nonfiksi untuk kelompok pembaca dewasa, remaja, dan anak-anak.
  • Karya asli, bukan jiplakan. Bila berbentuk saduran atau terjemahan, cantumkan sumber aslinya dalam naskah.
  • Tidak sedang atau belum pernah diterbitkan oleh penerbit lain. Bila sudah pernah terbit, sertakan bukti kontrak yang menunjukkan bahwa perjanjian penerbitan sudah selesai/kedaluwarsa.
  • Tema menarik, up to date, unik, & dibutuhkan pembaca masa kini.
  • Tidak mengandung unsur pornografi.
  • Tidak berpotensi menimbulkan/memicu konflik SARA.
3. Bagaimana format pengiriman naskah ke Bentang Pustaka?

  • Naskah diketik dalam format ukuran kertas kuarto (A4) dengan spasi 1,5.
  • Margin Top 4, Left 4, Right 3, Bottom 3 (dalam cm).
  • Jenis font Times New Roman, ukuran font 12pt. 
  • Panjang naskah minimal 200 halaman untuk fiksi/nonfiksi pembaca dewasa; minimal 125 dan maksimal 200 halaman untuk fiksi/nonfiksi remaja; maksimal 60 halaman untuk naskah buku anak-anak.
  • Tuliskan di judul surel Kirim Naskah, diikuti dengan jenis naskah, kategori pembaca atau lini. Misal: KIRIM NASKAH, NONFIKSI, B-first.
  • Naskah dikirim melalui e-mail dalam bentuk lampiran (attachment), bukan dimasukkan ke dalam badan (box) e-mail. Bentuk data yang dilampirkan bisa berupa file MS Word atau Pdf.
  • Lampiran e-mail terdiri dari (1) sinopsis & keunggulan naskah. Bila ada buku yang menjadi referensi sejenis, sebutkan judulnya. Tuliskan sinopsis & keunggulan maksimal dalam 300 kata.; (2) biodata penulis yang berisi nama, alamat domisili, alamat e-mail, nomor telepon rumah dan/atau ponsel; (3) naskah buku. Naskah yg dilengkapi dengan ilustrasi/foto, harap dimasukkan ke dalam teks. Kami akan meminta file foto/ilustrasi terpisah bila naskah sudah dikonfirmasi terbit. Naskah yang berbentuk komik/cergam dikirim dalam format pdf.
4. Berapa lama konfirmasi terbit naskah?

  • Konfirmasi terbit naskah akan dilakukan dalam 3 bulan sejak naskah anda kami terima.
  • Konfirmasi naskah akan dilakukan melalui surel.
  • Redaksi tidak akan memberikan review khusus/personal untuk pengembalian naskah.
5. Naskah Anda belum dikonfirmasi?
Bila lebih dari 3 bulan kami belum memberi konfirmasi, Anda bisa menghubungi pihak Bentang melalui surel dengan menyebutkan judul naskah dan kapan naskah dikirim.


6. Bagaimana nasib naskah yang tidak diterima oleh Bentang Pustaka?


  • File naskah yang kami tolak akan otomatis dihapus dari komputer.
  • Naskah yang dikirim dalam bentuk cetakan/cd tidak akan dikembalikan.
Kami tunggu naskah-naskah kreatif Anda!
=======================================================
Info Naskah Keislaman : 
di sini
Info Naskah Bentang Belia Anak : 
di sini
Info Naskah Bentang Belia Remaja : 
di sini
Info Naskah Novel Fiksi Populer : 
di sini

Selengkapnya: Cara Pengiriman Naskah di Bentang Pustaka

Banten Muda Community: Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional | Oktober 2012

Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional (31 Oktober 2012) – Sobat yang senang dengan karya tulis ada kesempatan untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Banten Muda Community (BMC). Menurut Irvan Hq selaku ketua umum BMC, kegiatan lomba cerpen tingkat nasional yang bertajuk “Banten;Suatu Ketika”, bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas kaum muda sekaligus promosi daerah Banten.

lomba menulis tingkat nasional cerpen 2012

Loma menulis cerpen tingkat nasional ini terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan batas waktu pengiriman naskah 31 Oktober 2012. Sedangkan dewan juri yang akan menilai kualitas cerpen yang dikirimkan terdiri dari Iwan Gunadi (kritikus sastra), Zen Hae (Cerpenis) dan Yanusa Nugroho (Cerpenis).
Berikut syarat lomba dan hadiah bagi para pemenang:

Syarat:
1.        Peserta adalah WNI;
2.        Usia peserta dibatasi antara 17—35 tahun dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP);
3.        Tema: Banten, Suatu Ketika;
4.        Naskah cerpen yang diikutsertakan dalam lomba ini berlatar (setting) Banten;
5.        Panjang naskah cerpen antara 10.000—15.000 karakter atau sekitar 5—8 halaman A4;
6.        Naskah cerpen ditik menggunakan huruf Times New Roman, 12 pt, spasi 1.5, margin 3, 3, 3, 3, ukuran kertas A4, dalam format (.rtf);
7.        Naskah cerpen merupakan karya sendiri, bukan saduran, terjemahan, atau plagiat;
8.        Naskah cerpen belum pernah dipublikasikan di media massa cetak dan/atau elektronik, dan tidak sedang diikutkan dalam lomba/sayembara lain;
9.        Biodata dalam bentuk narasi dilampirkan pada halaman terakhir naskah, dan tidak lebih dari satu halaman;
10.    Lampirkan hasil scan Kartu Tanda Penduduk (KTP);
11.    Peserta diperbolehkan mengirimkan maksimal 2 (dua) naskah cerpen;
12.    Naskah cerpen dikirim paling lambat pada tanggal 31 Oktober 2012, pukul 24.00 WIB;
13.    Naskah cerpen dikirim (attach files, bukan di body e-mail) ke alamat e-mail: lombacerpen_bmc2012@yahoo.com;
14.    Naskah cerpen yang dikirim menjadi milik panitia, dengan hak cipta tetap pada penulis;
15.    Naskah cerpen yang tidak sesuai dengan persyaratan tidak akan disertakan dalam proses penjurian;
16.    Dewan juri akan memilih 15 naskah terbaik (juara I, II, III, dan 12 nomine) yang akan dibukukan dalam antologi cerpen pemenang;
17.    Dewan juri terdiri dari; Iwan Gunadi, Zen Hae dan Yanusa Nugroho
18.    Pemenang(nominator) diumumkan pada tanggal 1 Desember 2012, di www.bantenmuda.com
19.    Penyerahan hadiah kepada para pemenang pada tanggal 15 Desember 2012.
20.    Keputusan dewan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu-gugat.

Hadiah Bagi Pemenang
·      Juara I mendapatkan uang tunai Rp 2.500.000,- + Tropi + Sertifikat + 5 eksemplar buku antologi cerpen pemenang + Langganan Banten Muda Magazine selama 6 edisi;
·      Juara II mendapatkan uang tunai Rp 2.000.000,- + Sertifikat + 5 eksemplar buku antologi cerpen pemenang + Langganan Banten Muda Magazine selama 6 edisi;
·      Juara III mendapatkan uang tunai Rp 1.500.000,- + Sertifikat + 5 eksemplar buku antologi cerpen pemenang + Langganan Banten Muda Magazine selama 6 edisi;
·      12 nominie mendapatkan Sertifikat + 5 eksemplar buku antologi cerpen pemenang + Langganan Banten Muda Magazine selama 6 edisi.

Narahubung
085692308230 (Nugraha Umur Kayu) 085697088396 (Niduparas Erlang), 081906287503 (Mahdiduri)
Selengkapnya: Banten Muda Community: Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional | Oktober 2012

(Scan) Koran Merapi Edisi Minggu, 21 Oktober 2012, Temu Sastrawan MPU VII: Tanpa Keterlibatan Sastrawan Yogya oleh Sunlie Thomas Alexander


Temu Sastrawan MPU VII:
TANPA KETERLIBATAN SASTRAWAN YOGYA
Oleh: Sunlie Thomas Alexander

Dipublikasikan di KORAN MERAPI, Minggu, 21 Oktober 2012

“YOGYAKARTA sejak dulu terkenal sebagai gudang para sastrawan terkemuka. Maka jauh-jauh datang, saya berharap bisa bertemu dan bersilahturrahmi dengan banyak sastrawan Yogya. Bukan hanya 4-5 orang, tetapi mungkin 17, atau bahkan 70 sastrawan karena Yogya adalah tuan rumah. Tapi betapa kecewanya saya ketika tak temukan satu pun nama sastrawan Yogya sebagai peserta!” tukas penyair Banten, Chapcay Saefullah berapi-api dalam pembukaan Temu Sastrawan Nusantara-MPU VII di Hotel Brongto (Senin, 15/10/2012) kemarin.

Ya, sejarah sastra Indonesia kontemporer telah menunjukkan DI. Yogyakarta memang disegani sebagai daerah yang paling subur melahirkan sastrawan. Bukan sekadar penulis populer atau musimam, tapi para sastrawan sekelas Iman Budhi Santosa, Mustofa W Hasyim, Linus Suryadi AG dan Ragil Suwarna Pragolapati (alm), Joni Ariadinata, Joko Pinurbo sampai generasi termuda seperti Satmoko Budi Santoso, Gunawan Maryanto, atau Mutia Sukma yang telah teruji kualitas karyanya dalam kancah kesusastraan nasional, bahkan internasional. Selain itu, Yogya juga menjadi muara kreatif bagi banyak sastrawan ternama garda depan Indonesia yang berasal dari daerah lain kemudian menetap di Yogya, sebut saja: Raudal Tanjung Banua, Saut Situmorang, Afrizal Malna, Agus Noor, Ulfatin CH, Hamdy Salad, Indrian Koto, dll.

Namun inilah ajaibnya: pada Temu Sastrawan Nusantara-MPU VII yang berlangsung 15-17 Oktober 2012 di Yogyakarta, justru Yogya adalah satu-satunya kontingen yang pesertanya tidak diwakili oleh satu orang pun sastrawan! Semua jatah yang mestinya diperuntukkan bagi sastrawan ternyata diisi oleh orang-orang Dinas Kebudayaan DIY sendiri—yang juga redaksi majalah berbahasa Jawa Sempulur milik Disbud DIY. Bahkan yang lebih mengiriskan, banyak sastrawan Yogya—termasuk ‘yang senior’—tak tahu sama sekali tentang event ini.

"Itulah Yogya. Saya sudah ditanya teman-teman dari daerah lain. Saya jawab tidak tahu-menahu. Itulah istimewanya Yogya, Sunlie. Sejak dulu begitu. Dalam konteks hubungan dengan institusi, kita ini bukan hanya anak tiri, tapi anak orang lain. Salam erat,” tulis Iman Budhi Santosa membalas SMS saya.

Dan saya jadi lebih tercengang lagi ketika R. Giryadi, redaktur budaya Surabaya Post yang mewakili Jawa Timur, mengatakan bahwa hal serupa juga terjadi pada Temu Sastrawan MPU tahun sebelumnya di Surabaya. “Waktu itu juga tak ada satu pun sastrawan Yogya!” ujarnya.

Ah, puluhan kali diundang ke berbagai event sastra di beragam tempat di tanah air (terakhir di Ubud Writers & Readers Festival, 3-7 Oktober 2012) dan sempat menjadi Ketua Pelaksana Temu Sastrawan Indonesia II di Pangkalpinang (Bangka-Belitung), baru kali ini saya melihat ada daerah yang delegasinya tak diwakili oleh sastrawan tapi ‘pegawai Dinas Kebudayaan’! Padahal saya sendiri—bersama Iman Budhi Santosa, Komang Ira Puspitaningsih, dan Dina Oktaviani—sempat mewakili DIY sebagai peserta Temu Sastrawan MPU III di Jawa Barat pada 2008 (waktu itu kami direkomendasi langsung oleh Disbudpar Jabar yang didampingi penyair Acep Zamzam Noor).

Apakah hal ini karena Disbud DIY tak kenal seorang pun sastrawan Yogya yang konon mencapai ratusan itu? Bukankah event sastra seperti Temu Sastrawan MPU ini seyogianya bertujuan membicarakan sastra dan kesusastraan secara serius di mana para sastrawan merupakan pelaku utamanya? Lantas apa faedahnya kegiatan ini bagi Yogya jika tak ada seorang pun sastrawannya berpartisipasi? Atau, jangan-jangan para pegawai Disbud-redaktur Sempulur itu merasa diri mereka juga sastrawan yang layak mendapatkan tempat dalam event sastra nasional? Bisa jadi.

Namun saya masih coba bersabar. Siapa tahu mereka yang merasa pantas mewakili Yogya sebagai sastrawan itu diam-diam memang punya bakat terpendam dalam menulis sastra. Maka dengan penasaran saya pun membuka buku “Antologi Sastra Nusantara (Puisi)” yang diterbitkan oleh Disbud DIY sebagai penunjang event.

Tetapi, astaga! Sejumlah teman sastrawan dari luar daerah seperti A. Muttaqin dan Alex Subairi pun tertawa saat melihat saya terbelalak membaca puisi-puisi dari Yogyakarta yang dimuat dalam buku antologi itu. Betapa tidak, puisi-puisi karya DewaTa, Tatiek Poerwa Kalingga, Suwardi Endraswara, dll ini ternyata (MAAF) tak jauh bedanya dengan puisi-puisi anak SD di majalah Bobo! Sebagai contoh, lihatlah penggalan salah satu puisi tersebut yang saya kutip di bawah ini: Damai malam dalam sepi/ Angan melayang membubung tinggi,/ Tersungging senyum dibibir nan cantik,/ Menatap tawa orang terkasih,/ Bahagia saling berbagi,/ Meski di sini aku sendiri…// (Tatiek Poerwa Kalingga, “Sendiriku…”).

Tenang. Sastrawan kontemporer Indonesia tidaklah seangker Chairil Anwar yang bilang bahwa “yang bukan penyair dilarang ambil bagian” dalam menyingkapi persoalan teks semacam ini. Tapi siapapun yang pernah kuliah sastra toh mengerti bahwa karya sastra seyogianya memiliki standar acuan dan kriteria penilaian. Karenanya dalam dunia sastra, mau tak mau kita harus bisa membedakan antara puisi pop dan puisi serius, antara puisi orang awam dengan puisi yang ditulis seorang penyair. Sehingga di sini, dalam kajian sastra, dengan jelas bisa ditentukan mana yang ‘benar-benar puisi’ dan mana yang ‘sekadar mirip dengan puisi’.

Apabila bagi orang awam, puisi adalah media mencurahkan perasaan lewat kata-kata yang dianggap indah; Dalam kesusastraan, puisi notabene merupakan sebuah upaya terus-menerus seorang penyair dalam membaca ulang diri dan dunianya. Ia adalah pemadatan dari ide dan diksi yang mengkristal sedemikian rupa. Sehingga dalam hal ini, puisi tak lain adalah puncak dari kemampuan berbahasa. Dengan demikian, kendati saat ini Indonesia tak lagi punya kritikus sastra mapan sepeninggalan mendiang HB. Jassin, bukan berarti setiap orang bisa dengan seenaknya mengklaim bahwa puisi yang ditulisnya dengan asal jadi adalah karya sastra. Jika ini yang terjadi, kiamatlah sudah kesusastraan Indonesia!

Hal sama, bahkan lebih parah terjadi pada buku “Antologi Sastra Nusantara (Cerpen)”. Cerpen-cerpen dari Yogya yang terhimpun dalam buku ini bukan saja seperti karya anak SMP belajar mengarang, tetapi karya-karya itu juga mendominasi isi buku hampir 90%.  Paling tidak saya hitung ada 25 cerpen dari Yogya (sementara dari Jatim dan Lampung masing-masing cuma tiga). Yang mana satu orang penulis Yogya rata-rata dimuat 2-5 cerpennya, termasuk menggunakan nama samaran atau lebih dari satu nama pena. Bahkan Dhanu Priya P (dari Balai Bahasa DIY) tercatat menyumbang delapan cerpen. Sungguh menggelikan! Saya benar-benar kaget dan syok. Belum lagi jika mengingat sebagian ‘para cerpenis dan penyair ala Disbud’ ini notabene adalah penyunting kedua buku itu sendiri.

Menurut saya, hal ini bukan saja kontra logika, tetapi sudah kontra etika dan estetika. Dan sungguh memalukan bagi keistimewaan Yogyakarta sebagai kota sastrawan, kota seniman, kota budaya, dan kota pelajar!

Apakah ‘sastrawan-sastrawan Disbud’ ini betul-betul bermuka tembok atau mereka memang memiliki keberanian yang patut diacungi jempol? Saya tidak tahu. Yang saya tahu, pada wilayah praksisnya, sastra selalu mengajarkan kita tentang nilai-nilai humanisme: demokrasi, keadilan, kejujuran, kearifan, serta sikap tahu diri.(*)

M. Arman, cerpenis Lampung sedang membacakan karyanya dalam Temu Sastrawan Nusantara-MPU VII di Hotel Brongto, Yogya. (Sumber: Antara Lampung)

Penulis adalah cerpenis dan penyair.

Link facebook Sunlie

Baca juga TANGGAPAN DARI DISBUD YOGYA TENTANG TEMU SASTRAWAN MPU DI KORAN MERAPI, 4 NOV 2012 
dan BENI SETIA MENGGUGAT TEMU SASTRAWAN MPU VII DI YOGYAKARTA
Selengkapnya: (Scan) Koran Merapi Edisi Minggu, 21 Oktober 2012, Temu Sastrawan MPU VII: Tanpa Keterlibatan Sastrawan Yogya oleh Sunlie Thomas Alexander

(Scan) Koran Tempo Edisi 18 Juli 2012, Politik Jokowi oleh Bandung Mawardi

Koran Tempo Edisi 18 Juli 2012
Rubrik Pendapat
Bandung Mawardi, Pengelola Jagad Abjad Solo

Ceritanya kemaren pas maen di kos-an temen, deket Amplas Jogja. Ga tega melihat tumpukan koran setebal 50 CM teronggok. Ga tahunya pas banget nemu artikel mas Kabut.. heheh..
Selengkapnya: (Scan) Koran Tempo Edisi 18 Juli 2012, Politik Jokowi oleh Bandung Mawardi

Marbutisme: Kitab Sastra Awut-awut, Bab 21: Energi Puisi

Tuesday 23 October 2012


oleh Marbuth Sastragila pada 20 Oktober 2012 pukul 12:39 ·

percayalah, bahwa puisi itu adalah anugerah. sesuatu yang diturunkan Tuhan secara ujug ujug tak kepada semua manusia. hanya sedikit dari hamba hamba-Nya yang bisa memaknai dan memahami puisi. hanya sedikit dari hamba hamba-Nya yang bisa menikmati asyiknya mencipta puisi, merasakan manisnya setiap liuk dan lekuk dari kata kata.

sebagaimana setiap anugerah, ia bisa dicabut kapan saja dari siapa saja tak pandang orangnya tak pandang bagaimana caranya bisa hilang tercerabut darinya. tiba tiba saja sang penyair besar tak mampu lagi menuliskan satu kata pun di puisinya. ujug ujug kita yang tadinya biasa berbusa busa memuisi di puluhan status setiap hari tak mampu lagi meracuni pembaca.

menulis puisi memerlukan energi yang luar biasa besarnya, ketulusan, ketekunan, intuisi yang terus dipertajam, cinta, kesunyian, juga dendam

manalah engkau tahu jatuh airmata
kalau kau tahu, dapatkah kau seka

tidak sayang !

yang kau tahu bermain cahaya,
kelamkan aku yang mendamba

puisi Ezzyla Fi adalah sebuah contoh konkrit bagaimana energi puisi berperan dalam terus menyalakan kata kata. rasa yang tertuang dalam puisi puisi yang telah dituliskan dengan sendirinya akan menemukan polanya, akan membentuk karakter tulisannya. puisinya terus melenggang dengan ringannya terus meluncur dengan derasnya, sementara banyak penyair yang dulu kukenal sering sehari lima kali membuat puisi, kini telah almarhum, mati kata

atau contoh konkrit lagi adalah uly giznawati yang cinta dengan kesunyian, atau setidaknya suka dengan segala yang beraroma kesunyian. sehingga dia menamakan dirinya sebagai Ruang Sunyi. walaupun fesbuknya tak sunyi sunyi amat, atau bisa dikatakan sama sekali tak sunyi, hehe.

kesunyian, baginya adalah sebuah energi yang tak ada habisnya. kesunyian adalah gudangnya kata kata. kesunyian baginya ibarat gunung merapi yang menebar debunya secara merata dari jogja hingga kebumen. kesunyian baginya ibarat mesin aspal yang menghitamkan memuluskan jalan raya dari solo hingga jakarta. hahay, saatnya wong solo gantian menjajah jakarta

tak sedikit yang berkata pada saya di kotak obrolan bahwa dirinya kini sudah tak lagi bisa menulis puisi. dulu penyair sekarang penyayur. dulu selalu ada kehampaan, kini telah ada yang menemani. dulu galau, sekarang sakau, xixixi. dulu ada Tan Rusydov yang selalu mengirimiku puisi, kini ronggowarsito telah diboyong dewi arimbi.

tak sedikit yang minta saran pada saya bagaimana cara agar tak kehabisan ide dalam menulis puisi. jangankan kamu, wong saya sendiri sudah tak bisa lagi menuliskan puisi. dulu ketika kesunyian saya benci setengah mati, saya selalu bisa menuliskan puisi. kini percayalah, tak satupun puisi lahir dari tangan saya setelah hampir dua tahun berlalu. kau tahu, berandaku ini selalu terlihat riuh ramai. tapi di sebaliknya, aku berselimut sunyi

seorang penyair membutuhkan ruang hampa di hatinya agar selalu mengalir puisi puisi indahnya. seorang penyair memerlukan jarak, memerlukan jurang, memerlukan sunyi yang menggigil di hatinya untuk terciptanya puisi. seorang penyair memerlukan kutub utara dan selatan agar tercipta tarikan medan magnet yang kuat untuk munculnya energi dalam menulis puisi

begitulah cara kerja puisi cinta antara qais dan layla, penulisnya sengaja selalu memberikan ruang antara qais dan layla. begitu pula lah hamka memberi "ruang hampa" antara zainudin dan hayati, lalu untuk mengabadikan cintanya (tulisan hamka) maka ditenggelamkannyalah kapal van der vijk lalu dibunuhlah zainudin (oleh tangan hamka)

begitulah kenapa yusuf lebih menyukai penjara ketimbang bujuk rayu para ibu ibu darma wanita istri istri para mentri. robbi, assijnu ahabbu ilayya min kaidihinn. Tuhan, aku lebih mencintai penjara ketimbang bujuk rayu mereka. yusuf ingin mengabadikan cintanya pada zulaikha dengan menjatuhkan dirinya pada “kehampaan”. begitu pula zulaikha memenjarakan yusuf agar yusuf tetap abadi hanya miliknya saja, agar suatu nanti ketika suaminya yang mandul sudah mati, yusuf akan kembali padanya dengan cintanya yang masih suci tak menjadi milik siapa siapa. zulaikha dan yusuf sama sama punya cinta yang suci, sengaja kuundang ibu ibu darma wanita agar suamiku tahu bahwa aku tak pernah mengkhianati suamiku, siapa yang tak akan tertarik dengan ketampanan yusuf. namun di antara cinta suci keduanya terbentang dinding yang tinggi, somewhere beetween your heart and mine, there’s a window than i can’t see uuuu .. hehe

saya sangat yakin telah tercipta ribuan puisi antara yusuf dan zulaikha yang tak pernah terbaca oleh manusia. saya yakin puisi antara keduanya jauh lebih dahsyat ketimbang puisi antara qais dan layla, lebih hebat dari sekedar antara zainudin dan hayati

begitulah diciptakan hawa dari tulang rusuk adam, agar adam selalu merasa "hampa" ketika terpisah ruang jarak dan waktu. ada sesuatu yang hilang dari dirinya, lalu dari sanalah muncul rindu dan cinta.

begitulah diciptakan masjidil haram sebagai "kerinduan" dan masjidil aqsha sebagai "kesedihan", agar muncul tangis "keharuan" ketika mencium hajar aswad dan agar derai tangis "dendam" ketika ratap di tembok ratapan. begitulah diciptakan makkah palestina dengan "spasi" di antaranya agar muncul cinta yang sempurna. takkan sempurna cinta manusia kalau hanya mekkah saja tanpa peduli palestina. ada makkah ada palestina agar manusia mengerti indahnya keimanan, agar manusia mengerti sakitnya dikhianati. agar ada dua kutub yang berbeda saling tarik menarik di hati manusia, antara rindu dan dendam.

begitulah, setiap penyair punya energi sendiri sendiri untuk menyalakan puisinya, setiap penyair punya kesunyian sendiri sendiri untuk tetap terbakar kerinduan terbakar cinta. sebagaimana marbut yang senantiasa memelihara dan menghidup hidupkan dendam di hatinya agar tulisannya tetap jilat menyala nyala. dendam bagi marbut adalah energi yang luar biasa untuk menulis sebuah puisi. dendam, bagi saya ibarat segenggam api yang dibawa oleh musa yang diambilnya dari gunung thursina. ia akan membawa terang di kala kegelapan, ia akan menunjuki jalan.

tapi entahlah, sejak hampir dua tahun ini aku seperti lupa caranya membuat puisi. mungkin karena aku sering jatuh cinta dan merasa sunyi. begitulah, cinta dan sunyi telah membuatku mati.

Sumber marbutisme
Selengkapnya: Marbutisme: Kitab Sastra Awut-awut, Bab 21: Energi Puisi

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas